A.
Proses Belajar Menurut Bruner
Teori belajar bruner
dikenal oleh tiga tahapan belajarnya yang terkenal. Pada dasarnya setiap individu pada waktu mengalami
atau mengenal peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara
untuk menyatakan kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya, yaitu
suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya. Hal tersebut adalah
proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan, yakni:
(1) Tahap enaktif; dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya menggunakan atau
memanipulasi objek-objek secara langsung.
(2) Tahap ikonik; pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut
mental yang merupakan gambaran dari objek-objek. Dalam tahap ini, peserta didik
tidak memanipulasi langsung objek-objek, melainkan sudah dapat memanipulasi
dengan menggunakan gambaran dari objek. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan
gambar-gambar yang mewakili suatu konsep (Sugandi, 2004:37).
(3) Tahap
simbolik; tahap ini anak
memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan
objek-objek. Anak mencapai transisi dari pengguanan penyajian ikonik ke penggunaan
penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan lebih
fleksibel.
B. Tahap-Tahap Dalam Proses Belajar Mengajar
Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
a. Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar
memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
b. Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu
dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau
konseptual.
c. Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri
sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tdi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala
atau masalah yang dihadapi.
C. Teori Pengajaran Menurut Jerome Bruner
Bruner berpendapat bahwa pengajaran dapat
dianggap sebagai (a) hakikat seseorang sebagai pengenal (b) hakekat dari
pengetahuan, dan (c) hakekat dari proses mendapatkan pengetahuan. Manusia
sebagai makhluk yang paling mulia diantara makhluk-makhluk lain memiliki dua
kekuatan yakni akal pikirannya dan kemampuan berbahasa. Dengan dua kemampuan
tersebut maka manusia dapat mengembangkan kemampuan yang ada padanya. Dorongan
dan hasrat ingin mengenal dan mengetahui dunia dan lingkungan alamnya
menyebabkan manusia mempunyai kebudayaan dalam bentuk konsepsi, gagasan,
pengetahuan, maupun karya-karyanya. Kemampuan yang ada dalam dirinya
mendorongnya untuk mengekspresikan apa yang telah dimilikinya. Kondisi dan
karakteristik tersebut hendaknya melandasi atau dijadikan dasar dalam
mengembangkan proses pengajaran. Dengan demikian guru harus memandang siswa
sebagai individu yang aktif dan memiliki hasrat untuk mengetahui lingkungan dan
dunianya bukan semata-mata makhluk pasif menerima apa adanya.
Selanjutnya bruner berpendapat bahwa teori pengajaran harus mencakup lima aspek utama yakni:
Selanjutnya bruner berpendapat bahwa teori pengajaran harus mencakup lima aspek utama yakni:
1.
Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa
belajar
Bruner
melihat bahwa ada semacam kebutuhan untuk mengubah praktek mengajar sebagai
proses mendapatkan pengetahuan untuk membentuk pola-pola pemikiran manusia.
Kefektifan belajar tidak hanya mempelajari bahan-bahan pengajaran tetapi juga
belajar berbagai cara bagaimana memperoleh informasi dan memecahkan masalah.
Oleh sebab itu diskusi, problem solving, seminar akan memperkaya pengalaman
siswa dan mempengaruhi cara belajar.
2.
Struktur pengetahuan untuk membentuk pengetahuan
yang optimal
Tujuan
terakhir dari pengajaran berbagai mata pelajaran adalah pemahaman terhadap
struktur pengetahuan. Mengerti struktur pengetahuan adalah memahami
aspe-aspeknya dalam berbagai hal dengan penuh pengertian. Tugas guru adalah
memberi siswa pengertian tentang struktur pengetahuan dengan berbagai cara
sehingga mereka dapat membedakan informasi yang berarti dan yang tidak berarti.
3.
Spesifikasi mengurutkan penyajian bahkan pelajaran
untuk dipelajari siswa
Mengurutkan
bahan pengajaran agar dapat dipelajari siswa hendaknya mempertimbangkan kriteria
sebagi berikut; kecepatan belajar, daya tahan untuk mengingat, transfer bahwa
yang telah dipelajari kepada situasi baru, bentuk penyajian mengekspresikan
bahan-bahan yang telah dipelajari, apa yang telah dipelajarinya mempunyai nilai
ekonomis, apa yang telah dipelajari memiliki kemampuan untuk mengembangkan
pengetahuan baru dan menyusun hipotesis.
4.
Peranan sukses dan gagal serta hakekat ganjaran
dan hukuman
Ada dua
alternative yang mungkin dicapai siswa manakala dihadapkan dengan tugas-tugas
belajar yakni sukses dan gagal. Sedangkan dua alternative yang digunakan untuk
mendorong perbuatan belajar adalah ganjaran dan hukuman. Ganjaran penggunaannya
dikaitkan dengan keberhasilan (sukses) hukuman dikaitkan dengan kegagalan.
5.
Prosedur untuk merangsang berpikir siswa dalam
lingkungn sekolah
Pengajaran
hendaknya diarahkan kepada proses menarik kesimpulan dari data yang dapat
dipercaya ke dalam suatu hipotesis kemudian menguji hipotesis dengan data lebih
lanjut untuk kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan sehingga siswa diajak dan
diarahkan kepada pemecahan masalah. Ini berarti belajar pemecahan masalah harus
dikembangkan disekolah agar para siswa memiliki ketrampilan bagaimana mereka
belajar yang sebenarnya. Melaui metode pemecahan masalah akan merangsang
berpikir siswa dalam pengertian luas mencakup proses mencari informasi,
menggunakan informasi, memanfaatkan informasi untuk masalah pemecahan lebih
lanjut.
Berdasarkan pemikiran diatas Bruner
menganjurkan penggunaan metode discovery learning, inquiry learning, dan
problem solving. Metode discovery learning yaitu dimana murid mengorganisasi
bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan
reception learning dan expository teaching, dimana guru menerangkan semua
informasi dan murid harus mempelajari semua bahan atau informasi itu.
Untuk mengembangkan program pengajaran yang lebih
efektif bagi anak yang muda. Bruner menggunakan
cara dengan mengkoordinasikan metode penyajian bahan dengan cara dimana
anak dapat mempelajari bahan itu yang sesuai dengan tingkat kemajuan anak.
Tingkat-tingkat kemajuan anak dari tingkat representasi sensori (enactive) ke
representasi konkret (iconic) dan akhirnya ketingkat representasi abstrak
(symbolic). Demikian juga dalam penyusunan kurikulum.
The act of discovery dari Bruner:
ü
Adanya suatu kenaikan didalam potensi
intelektual
ü
Ganjaran instrinsik lebih ditekankan daripada
ganjaran ekstrensik
ü
Murid yang mempelajari bagaimana menemukan
berarti murid itu menguasai metode discovery learning
ü
Murid lebih senang mengingat-ingat informasi
D. Alat-Alat Mengajar
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya.
a. alat untuk menyampaikan pengalaman “vicarious”. Yaitu menyajikan
bahan-bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan
pengalaman langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat dilakukan melalui film,
TV, rekaman suara dll.
b. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu
gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga eksperimen
atau demonstrasi, juga program yang memberikan langkah-langkah untuk memahami
suatu prinsip atau struktur pokok.
c. Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa
atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk
memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala.
d. Alat automatisasi seperti “teaching machine” atau pelajaran berprograma, yang menyajikan
suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi ballikan atau feedback
tentang responds murid.
E.
Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner
1.
Empat Tema tentang Pendidikan
Tema
pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini
perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk
melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat
dihubungkan satu dengan yang lain.
Tema
kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner
kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana
yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang
lebih tinggi.
Tema
ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses
pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada
formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk
mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupaka kesimpulan yang sahih atau
tidak.
Tema
keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar
dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
2. Model dan Kategori
Pendekatan
Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa
perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan
penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi
dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan
tetapi juga dalam diri orang itu sendiri.
Asumsi kedua adalah bahwa orang
mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan
informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model
of the world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Aussebel
3. Belajar sebagai Proses Kognitif
Bruner mengemukakan
bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga
proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi dan
(3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973).
Informasi baru dapat
merupaka penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang atau
informasi itu dapat dersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan
informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan
seseorang mempelakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi,
transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara
ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain.
4. Ciri khas Teori Bruner dan
perbedaannya dengan teori yang lain
Teori Bruner
mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu tentang ”discovery”
yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu, karena teori
Bruner ini banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka desain yang
berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral ”. Secara singkat, kurikulum
spiral menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari
yang sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan
suatu saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang
lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu
pengetahuan secara utuh.
Bruner berpendapat
bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang
dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan
ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada
merangsang siswa menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada
konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar