Kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
bekerja sama dalam suatu tim. Gardenr (1993) menyebutkan bahwa salah satu upaya
yang bisa dilakukan untuk mengmbangkan kecerdasan interpersonal adalah melalui
suatu bentuk pengalaman bersosial. Pengalaman mampu mengembangkan kamampuan
berinteraksi, yang merupakan satu inti dari kecerdasan social.
Pendidikan matematika realistic
(PMR) menekankan pentingnya interaksi social dalam pembelajaran. Treffers di
kutip oleh Bakker (2004) merumuskan interaksi (interactivity) sebagai salah
satu dari lima prinsip dasar PMR yang menekankan pada proses interaksi social
antara pembelajar. Kemampuan komunikasi siswa dalam dan melalui pembelajaran
merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar agar proses belajar menjadi
lebih efektif dan efesien.
A.
NORMA SISIOMATEMATIK: Norma
dalam Belajar Matematika
National Council of
Teachers of Mathematics (NCTM)
menetapkan komunikasi sebagai salah satu bagian penting dalam pendidikan
matematika. NCTM merumuskan standar komunikasi dalam kegiatan matematika yaitu:
1.
Menyusun dan memaduka
pemikiran matematika
2.
Mengkomunikasikan pemikiran
matematika secara logis dan sistematik
3.
Menganalisis dan
mengevaluasi pemikiran dan strategi mathematics orang lain
4.
Menggunakan bahasa
matematika secara tepat
Interaksi social yang
terjadi diantara siswa ketika bekerja sama menyelesaikan masalah matematika
maupun mempresentasikan suatu hasil penyelesaian matematis dilandasi oleh norma
yang berkembang dalam komunikasi yaitu norma social dan norma sosiomatematik
(Tatsis, 2007).
Norma social yaitu inetraksi
yang tidak terikat pada topic atau materi pembelajaran. Norma sosiomatematik,
yaitu bagaimana pembelajaran melakukan proses interaksi dan negoisasi untuk
memahami konsep matematika. Lopez(2007) membedakan norma sosiomatematik menjadi
dua yaitu:
1.
Norma sosiomatematik
terkait dengan proses pembelajaran
2.
Norma sosiomatematik
terkait dengan partisipasi dalam aktifitas bersama untuk memecahkan masalah.
Secara umum norma sosiomatematik berkaitan dengan negoisasi tentang (1)
Apa yang disebut sebagai procedure pemecahan masalah, (2) Procedure pemacahan
masalah seperti apa yang akan diterima, (3) Alternative procedure, dan (4)
Perumusan procedure efektif.
Komunikasi siswa tidak hanya dikemabangkan mealui pemberian masalah
terbuka (open-ended) melainkan berawal dari suatu konflik.
B.
INTERAKSI SOSIAL dalam
PEMBELAJARAN MATEMATIKA: Pembentukkan Matematikawan yang Berkarakter
Karakter didefinisikan sebagai ” watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
seseorang”. Pemerintah merumuskan 18 nilai pendidikan budaya dan karakter
bangsa sebagai berikut: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras,
Kreatif, Mandiri, Demokratif, Rasa ingin tahu, Semangat kebangsaan, Cinta tanah
air, Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikasi, Cinta damai, Gemar membaca,
Peduli lingkungan, peduli social, Tanggung jawab.
Nilai karakter yang berkaitan dengan Interaksi social adalah nilai
toleransi, demokratis, bersahabat/komunikasi dan tanggung jawab. Perkemabngan
norma social berperan membentuk karakter siswa untuk menghargai pendapat orang
lain dan bersikap demokratis. “Tuntutan” untuk mempresentasikan gagasan
metematika dalam diskusi diharapkan berkemabnag menjadi bentuk kesadaran dan
tanggung jawab dalam menkomunikasikan gagasan kepada lingkungan.
Sumber
Wijaya,
Ariyadi,M.Sc. 2012. Pendidikan Matematika Realistik: suatu Alternatif
Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar