Ø
PENDEKATAN PROBLEM SOLVING
Sebelum ke pengertian pemecahan masalah, terlebih
dahuli harus mengetahui apa itu masalah. Suatu pertanyaaan akan menjadi suatu
masalah jika seorang tidak mempunyai aturan tertentu untuk dapat menemukan
jawaban dari masalah tersebut. Menurut Polya ada dua macam masalah, yaitu:
a.
Masalah
untuk menemukan, bagian utama dari masalah itu adalah
-
Apa
yang di cari?
-
Bagaimana
data yang diketahui?
-
Bagaimana
syaratnya?
b.
Masalah
untuk membuktikan, adalah untuk menunjukkan pernyataan itu benar atau salah.
Bagian utama dari masalah ini adalah hipotesis dan kesimpulan dari suatu
teorema yang harus dibuktikan.
Penyelesaian
masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha untuk
menyelesaikannya sampai memperoleh penyelesaiannya.
Pembelajaran
pemecahan masalah
adalah suatu kegiatan yang idesain oleh guru dalam rangka memberi
tantangan kepada siswa melalui penugasan atau pertanyaan matematika. Fungsi
guru adalah memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing siswa
dalah proses pemecahannya. Masalah yang di berikan harus masalah yang
pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa.
Tujuan
PPS
-
Siswa
menjadi trampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan
akhirnya meneliti kembali hasil akhirnya.
-
Kepuasan
intelektuan akan timbul dari dalam sebagai hadiah intriksik bagi siswa.
-
Potensi
intelektual siswa akan meningkat.
-
Siswa
belajar bagaimana melakukan penemuan melalui suatu proses.
Karakteristik
khusus PPS (dalam Taplin:2000)
-
Adanya
interaksi antar siswa dan interaksi guru dan siswa.
-
Adanya
dialog matematis dan consensus antar siswa.
-
Guru
menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah dan siswa mengklarifikasi,
meninterpretasi, dan mencoba mengkonstruksi penyelesaiannya.
-
Guru
menerima jawaban ya/tidak bukan untuk mengevaluasi.
-
Guru
membimbing, melatih dan menanyakan dengan pertanyaan berwawasan dan berbagai
dalam proses penyelesaian masalah.
-
Sebaiknya
guru mengetahui campur tangan dan kapan mundur membiarkan siswa menggunakan
caranya sendiri.
-
Dapat
menggiatkan siswa untuk melakukan generalisasi aturan dan konsep sebuah proses
sentral dalam matematika.
Langkah-langkah
PPS
Dalam
garis besarnya langkah-langkah metode pemecahan masalah dapat disarikan sebagai
berikut:
a. Adanya masalah yang dipandang penting;
b. Merumuskan masalah;
c. Analisa hipotesa;
d. Mengumpulkan data;
e. Analisa data;
f. Mengambil kesimpulan
g. Aplikasi (penerapan) dari kesimpulan yang
diperoleh; dan
h. Menilai kembali seluruh proses pemecahan
masalah (Depdikbud, 1997: 23).
Kelebihan
PPS
a. Mendidik siswa untuk berpikir secara
sistematis.
b.
Mampu
mencari berbagai jalan keluar darri kesulitan yang di hadapi.
c.
Belajar
menganalisis siswa suatu masalah dari berbagai aspek.
d. Mendidik siswa percaya diri sendiri.
Kelemahan
PPS
a.
Memerlukan
waktu yang cukup banyak.
b. Siswa yang pandai akan mendominasi
diskusi sedang yang kurang pandai hanya pasif sebagai pendengar.
c. Beberapa pokok bahasan sangat sulit
untuk penerapan pembelajaran ini.
d. Pengembangan program butuh biaya
banyak dan waktu yang lama.
e.
Pengadaan
dan pemeliharaan alat mahal.
Kesulitan
yang mungkin dihadapi
Beberapa kesulitan yang berarti mungkin
ditemukan ketika mengasimilasikan problem solving matematika ke dalam praktek
pengajaran di kelas.
1.
Kurangnya pengetahuan
dan keahlian guru dalam menerapkan problem solving (teachers lack of the
problem solving and modelling skills).
2.
Isi dari kurikulum
sangat padat dan tidak ada celah untuk problem solving (the curriculum content
is very full and there is no room for problem solving).
3.
Sistem pengujian
(assessment system) masih disentralkan dan ini tidak relevan dengan gagasan
problem solving dikarenakan jenis tesnya cenderung dan dominan berbentuk
pilihan ganda (multiple choice form). Jenis tes ini tidak memberikan kesempatan
pada anak untuk berfikir sebagaimana yang mereka lakukan pada proses problem
solving.
4.
Besarnya jumlah siswa
(the large number of students) dalam setiap kelas juga merupakan salah satu
hambatan yang cukup berarti. Karena ini bisa menyebabkan sulitnya bagi guru
untuk berinteraksi dengan muridnya ketika problem solving matematika
diimplementasikan.
5.
Perlu waktu yang lebih
(need more time) baik dalam pencarian atau pendesainan problem (sebab setiap
problem perlu disusun dengan hati-hati untuk mencapai hasil belajar siswa) maupun
berlangsungnya aktivitas problem solving (problem solving progress) di kelas.
Ø
PENDEKATAN PROBLEM ROSSING
Problem rossing merupakan pembelajaran yang mengharuskan
siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal
tersebut.
Pada prinsipnya, pembelajaran problem rossing adalah
suatu pembelajaran yang mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui
belajar soal ( berlatih soal ) secara mandiri,
Suryanto (Sutiarso:
2000) mengemukakan bahwa problem posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris,
sebagai padanan katanya digunakan istilah “merumuskan masalah (soal)” atau
“membuat masalah (soal)”. Sedangkan menurut Silver (Sutiarso: 2000) bahwa dalam
pustaka pendidikan matematika, problem posing mempunyai tiga pengertian, yaitu: pertama,
problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang
ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam
rangka memecahkan soal yang rumit (problem posing sebagai salah satu langkah
problem solving). Kedua, problem adalah
perumusan soal yang berkaitan dengan syarat‐syarat
pada pada soal yang telah dipecahkan dala rangka mencari alternatif pemecahan
lain (sama dengan mengkaji kembali langkah problem solving yang telah
dilakukan). Ketiga, problem posing
adalah merumuskan atau membuat soal dari situasi yang diberikan.
Penerapan
PPR
-
guru
menjelaskan materi pelajaran kepada siswa.
-
Guru
memberikan latihan soal secukupnya,
-
Siswa
diminta mengajukan satu atau dua soal. Dan siswa yang bersangkutan harus mampu
menyelesaikannya.
-
Pada
pertemuan berikutnya, secara acak guru menyuruh siswa menyajikan soal temuannya
di depan kelas.
-
Guru
memberikan tugas rumah secara individual.
Prinsip-prinsip
dasar PPR
-
Pengajuan
soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan siswa dari aktivitas wiswa
di dalam kelas.
-
Pengajuan
soal harus berhubungan dengan proses pemecahan masalah siswa.
-
Pengajuan
soal dapat di hasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku teks, dengan
memodifikasi dan membentuk ulang karakteristik bahasa dan tugas.
-
Langkah-langkah
Pembelajaran
1.
Membuka
kegiatan pembelajaran.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Menjelaskan materi pelajaran.
4. Memberi contoh soal.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
menayakan hal yang belum jelas.
6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
membentuk dan menyelesaikan soal.
7. Mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan.
8. Membuat rangkuman berdasarkan yang
dibuat siswa.
9. Menutup kegiatan pembelajaran.
Batasan mengenai pembentukan soal
1.
Perumusan
soal ulang yang sudah ada dengan perubahan agar menjadi lebih sederhana dan
mudah dipahami.
2.
Perumusan
soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah di selesaikan
dalam rangka mencari pemecahan masalah yang lain.
3.
Perumusan
soal dari kondisi yang tersedia, baik dilakukan sebelum ketika ataupun sesudah
penyelesaian soal.
Kondisi
dalam pembentukan soal
a. Kondisi bebas, jika kondisi tersebut
memberi kebebasan sepenuhnya kepada siswa untuk membentuk soal.
b.
Konsidi
semi tersetruktur, jika siswa di beri kondisi dengan menggunakan pengetahuan
yang dimilikinya.
c. Kondisi terstruktur, jika kondisi yang
digunakan berupa soal atau penyelesaian.
Langkah-langkah
membentuk soal
a.
Change
the numbers, salah satu cara membuat soal dari soal yang sudah ada adalah
mengubah bilangan atau angka.
b.
Change
the operation, cara lain membuat soal dari soal yang sudah ada adalah dengan
mengubah operasinya.
Sintak
atau fase PPR
1.
Menyajikan
tujuan dan perlengkapan pembelajaran.
Guru
menyiapkan tujuan pembejalaran dan memprtlihatkan perlengkapan pembelajaran.
2.
Penyajian
informasi.
Guru
menyajikan informasi pada siswa dengan demokrasi/menggunakan buku.
3.
Mengorganisasikan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru
menjelaskan pada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok menjalani masa peralihan dari individu ke kelompok secara efesien.
4.
Membimbing
kelompok dalam belajar dan bekerja.
Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
5.
Tes
hasil belajar.
Guru
memberikan tes tenteng materi yang telah dipelajari atau masing masing kelompok
mempresentasikan hasil kerja mereka.
6.
Guru
mencari cara untuk menghargai usaha dan prestasi siswa baik secara individual ataupun kelompok.
Keunggulan
PPR
1.
Kegiatan
pembelajaran tidak perpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa.
2.
Minat
siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar dan siswa lebuh mudah memahami
soal karena dibuat sendiri.
3.
Siswa
terpacu untuk keterlibatan secara aktif dalam membuat soal.
4.
Dengan
membuat soal dapat menilbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah.
5. Dapat membantu siswa melihat
permasalahan yang ada dan baru diterima sehingga diharapkan mendapat pemahaman
yang mendalah.
6. Merangsang siswa untuk memunculkan ide
kreatif dari yang diperoleh dan memrlukan bahasan atau pengetahuan.
7.
Siswa
dapat memahami soal sebagai latihan untuk memecahkan masalah.
Kelemahan
PPR
1.
Persiapan
guru lebih karena menyiapkan infrmasi apa yang dapat di samapikan.
2.
Waktu
yang digunakan lebih banyak untuk membuat soal dan menyelesaikan sehingga
materi yang disampaikan sedikit.
Mengenai keterkaitan antara problem solving
dengan problem posing, Brown & Walter (1993: 21) mengemukakn bahwa posing dan
solving berhubungan antara satu dengan yang lainnya seperti orang tua terhadap
anak, anak terhadap orang tua dan sebaik saudara kandung. Penelitian Silver dan
Cai (1996: 521) menemukan hubungan positif yang kuat antara problem
solving dan
ketrampilan problem posing anak sekolah menengah. Sedangkan
penelitian Hashimoto (Silver dan Cai, 1996: 522) menunjukkan bahwa pembelajaran
problem solving menimbulkan dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam
problem solving.
http://mutadi.wordpress.com/
http://dwyaza.weebly.com/problem-posing-dalam-pembelajaran-matematika.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar